Timnas Inggris “Sedih” dan “Marah” atas Pelecehan Rasis terhadap Jess Carter

Bagikan

Jess Carter, bek Timnas Inggris, memutuskan untuk mundur dari media sosial setelah menerima pelecehan rasis selama Euro 2025. CEO Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA), Mark Bullingham, mengutuk keras tindakan tersebut dan telah melaporkan kasus ini kepada kepolisian untuk ditindaklanjuti. , akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola perempuan hari ini, simak pembahasan ini.

Pelecehan-Rasis-terhadap-Jess-Carter

Lucy Bronze, rekan setim Carter, mengungkapkan kekecewaan mendalam atas insiden ini. “Kami semua sedih dan marah. Jess adalah pribadi yang kuat, tetapi tidak seharusnya dia mengalami ini,” ujar Bronze. Pelecehan rasis terhadap Carter bukanlah kasus tunggal, melainkan bagian dari masalah sistemik yang terus menghantui sepak bola, termasuk di level tertinggi seperti Piala Eropa.

tebak skor hadiah pulsa 100k  

FA dan seluruh skuad Lionesses memberikan dukungan penuh kepada Carter. Bronze menegaskan bahwa pelecehan rasial tidak dapat diterima dan harus dihentikan. “Kami tidak ingin pemain mana pun, terutama rekan setim kami, harus melalui ini,” tambahnya.

AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!

aplikasi shotsgoal  

Perubahan Sikap Tim, Dari Berlutut ke Berdiri

Sebelumnya, Timnas Inggris rutin berlutut sebelum pertandingan sebagai bentuk protes terhadap rasisme. Namun, menjelang Euro 2025, mereka memutuskan untuk mengubah bentuk perlawanan dengan berdiri. Keputusan ini diambil setelah diskusi intensif di antara pemain dan staf.

“Kami merasa pesan berlutut sudah tidak sekuat dulu. Rasisme masih terjadi, jadi kami perlu cara baru untuk menyuarakan perlawanan,” jelas Bronze. Langkah ini dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran lebih luas bahwa rasisme tetap menjadi masalah serius di sepak bola.

Meski perubahan sikap ini menuai pro-kontra, Bronze menegaskan bahwa tim tetap berkomitmen melawan diskriminasi. “Kami ingin suara kami didengar, tidak hanya di Inggris, tapi di seluruh dunia,” tegasnya.

Baca Juga: Mohamed Salah dan Alessia Russo Raih Gelar Pemain Terbaik FWA

Dampak Pelecehan terhadap Pemain Kulit Berwarna

Dampak-Pelecehan-terhadap-Pemain-Kulit-Berwarna

Bronze mengungkapkan fakta menyedihkan bahwa hampir semua pemain kulit berwarna di Timnas Inggris pernah mengalami pelecehan rasis. “Ini adalah kenyataan pahit yang harus dihadapi,” ujarnya. Carter hanyalah salah satu dari banyak korban, dan insiden ini memperlihatkan betapa dalamnya masalah rasisme di dunia sepak bola.

Timnas Inggris merasa frustrasi karena upaya mereka melawan rasisme seolah tidak membuahkan hasil. “Kami marah karena ini masih terjadi. Kami ingin pemain seperti Jess bisa bermain dengan bangga, tanpa ancaman pelecehan,” kata Bronze.

Selain dukungan moral, Lionesses juga mendorong tindakan nyata dari otoritas sepak bola dan platform media sosial. “Kami butuh solusi konkret, bukan hanya simpati,” tandas Bronze.

Seruan untuk Tindakan Nyata dari Media Sosial dan Otoritas

Bronze secara khusus menyoroti peran platform media sosial dalam mencegah pelecehan rasis. “Mereka harus lebih bertanggung jawab. Ada jutaan pengguna, tetapi moderasi konten rasis masih lemah,” kritiknya.

Ia mendesak perusahaan teknologi untuk memperketat kebijakan dan memberikan sanksi tegas terhadap pelaku. “Orang-orang ini tidak boleh bebas menyebar kebencian tanpa konsekuensi,” tegas Bronze. Selain itu, FA dan UEFA juga didorong untuk mengambil langkah lebih progresif dalam memerangi rasisme.

Meski tidak memiliki solusi instan, Bronze optimis bahwa perubahan bisa terjadi jika semua pihak bersatu. “Kami sebagai pemain akan terus bersuara, tetapi kami butuh dukungan dari semua pihak—penggemar, federasi, hingga regulator media sosial,” pungkasnya. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita sepak bola perempuan terbaru lainnya hanya dengan klik footballcowboysstore.us.